Efek Samping Corona

Sudah sekitar 4 bulan Indonesia terdampak pandemi virus corona, terhitung sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan pasien nomor 1 di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 kemarin. Hingga Senin (6/7) pasien positif virus di Indonesia telah mencapai 64.958 orang, total kasus sembuh di Indonesia mencapai 29.919 orang dan kasus kematian mencapai 3.241.

Namun dampak yang dirasakan dari terjadinya pandemi Covid-19 di Indonesia lebih banyak dari data yang disampaikan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Mulai dari pekerja kantoran, pedagang, pengusaha, anak sekolah, hingga mahasiswa merasakan dampak akibat adanya pandemi yang mulanya berasal dari Wuhan ini.

Dampak-dampak itu seperti perkantoran menerapkan Work From Home (WFH) kepada karyawannya, mahasiswa dan anak sekolah harus mengikuti pembelajaran via online, para pengusaha mengalami penurunan omset dan tak jarang harus gulung tikar karena menelan kerugian akibat dari penyebaran virus corona.

Hal ini yang sedang dirasakan oleh Alif Pratama (21), seorang mahasiswa tingkat akhir Jurusan Desain Komunikasi Visual Telkom University (Tel-U). Pada umumnya mahasiswa tingkat akhir harus melaksakana magang di sebuah instansi sebagai salah satu syarat kelulusannya. Pada bulan Juni lalu Alif harusnya melaksanakan magang di Tujusemesta Creative Space, namun karena adanya pendemi ini mengharuskannya magang via online.

“Kantor masih menerapkan WFH, jadi belum bisa datang langsung ke kantor kan ada prosedur dari pemerintah yang harus diikuti,” tutur Alif.

Pria kelahiran Pekanbaru 21 tahun silam ini juga merasa sedih karena pengalaman yang harusnya didapatkan ketika magang langsung dikantor tidak ia dapatkan. “Magang online gini sih bisa hemat gak banyak pengeluraran, tapi ya gitu  kurang rasanya kalo gak langsung datang ke kantor. Gak bisa interaksi dan belajar secara langsung,” imbuhnya.

Dampak dari pandemi inipun juga dirasakan oleh Farhan Hanani (20). Pat Ngopi, sebuah kedai kopi yang ia rintis bersama teman-temannya sejak 2 tahun lalu harus tutup sementara selama 3 bulan akibat merebaknya virus corona. “Satu karena kita mengikuti peraturan pemerintah, kedua menghindari resiko meluasnya penyebaran corona, ketiga lingkungan tempat Pat ini kan dekat sama perumahan jadi gak baik kalo ada keramaian di tengah suasana kayak gini,” tutur Farhan ketika diwawancarai perihal alasannya menutup sementara kedainya. Farhan juga harus mengistirahatkan para pegawainya di rumah karena tidak ada pemasukan sama sekali selama tutup.

“Alhamdulillah dari awal Juni kemarin kedai udah buka, karena udah ada kebijakan New Normal,” imbuh Farhan. Menurutnya awal kedainya buka setelah tutup 3 bulan pendapatan yang ia peroleh naik karena ramainya pengunjung yang datang, namun seminggu kemudian menurun dan mulai normal seperti biasa.

Apa yang dilakukan Farhan selama pandemi ini kepada usahanya berbeda dengan yang diterapkan oleh kedai kopi tempat Raihan Akbar bekerja. Raihan merupakan seorang barista di Tropical, sebuah kedai kopi yang tetap buka selama pandemi ini.

Mahasiswa tingkat 3 di salah satu Universitas swasta di Lampung ini mengatakan pengunjung yang datang ke kedainya menurun pada awal Maret hingga akhir april, namun setelah itu normal seperti hari biasanya. Jam operasional pun harus mengikuti ramainya pengunjung atau tidak, “Kalo hari-hari biasa dari jam 9 pagi sampai jam 11 malam, tapi karena lagi corona gini paling sampai jam 10, itupun kalo udah ga ada orderan lagi bisa lebih cepat tutupnya,” tutur Raihan.

Menurut Raihan alasan kedainya tidak tutup selama pandemi karena tidak terlalu ketat peraturan di daerahnya dan agar tidak gulung tikar. Namun Raihan juga terkena imbas akibat pandemi ini, ia harus merelakan gajinya dipotong oleh bosnya, “Ya namanya juga lagi keadaan kayak gini, rela gak rela harus dipotong gajinya,” tutup Raihan menyudahi wawancara.

Dapat dirasakan dampak yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 ini. Pernyataan-pernyataan diatas hanya secuil kejadian dari apa yang dialami oleh kebanyakan orang. Alif, Farhan, dan Raihan dan mungkin seluruh umat manusia di Bumi ini mengharapkan pandemi ini segera berakhir agar kita semua dapat menjalani aktivitas seperti sedia kala. (Zondra Amanata Putra)

Sesudah Pandemi Ada Kebaikan yang Menanti

YOGYAKARTA – Terhitung hingga 18 Mei 2020 jumlah pasien positif yang terjangkit virus Corona di Indonesia telah menyentuh angka 18.000 kasus. Kondisi ini akan membuat sebagian orang merasa resah, serba salah hingga bertanya-tanya kapan pandemi ini berakhir. Hal yang sama dirasakan bagi mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan proyek besar akhir perkuliahannya, yaitu tugas akhir atau skripsi.

Status wabah Covid-19 di Indonesia ditetapkan sebagai Bencana Nasional mulai dari pertengahan Maret. Dengan ditetapkannya wabah ini sebagai Bencana Nasional, memunculkan beberapa kebijakan untuk menekan laju perkembangan Corona di Indonesia. Salah satunya adalah kegiatan perkuliahan dilakukan via online.

Beberapa mahasiswa merasa perkuliahan via online ini kurang efektif. Mulai dari masalah kuota internet, jaringan yang lamban, hingga terbebani tugas yang menumpuk dari dosen. Permasalahan ini mau tidak mau harus dihadapi bagi sebagian mahasiswa, apalagi mahasiswa tingkat akhir yang wajib menyelesaikan tugas akhirnya sebagai syarat kelulusan.

Situasi inilah yang dirasakan oleh Anta (21), seorang mahasiswa diploma tingkat akhir Akademi Pariwisata Stipary Yogyakarta. Saat ini ia sedang mengerjakan proyek akhir semesternya, setelah terlebih dahulu menyelesaikan training. Anta sangat merasakan kesulitan mengerjakan tugas akhirnya. Salah satunya adalah kesalahan komunikasi dengan dosen pembimbing. Respon yang diberikan oleh dosen mengenai tugas akhirnya terbilang lambat. Malah ada emailnya yang baru di respon sebulan dari email itu terkirim.

Namun bagi Anta menyelesaikan tugas akhir di tengah pendemi ini merupakan sebuah tantangan yang harus dijalani. Karena menurutnya proses panjang yang sedang ia jalani akan membuahkan hasil yang baik diakhirnya.

Dibalik perasaan resah dan serba salah yang dialami Anta dan seluruh penduduk di muka bumi yang tengah menghadapi virus Corona,  kita sebagai umat manusia harus selalu berpikiran positif dan percaya bahwa setelah pandemi ini akan ada kebaikan yang menanti. Seperti yang Allah SWT firmankan dalam Surat Al-Insyirah ayat 6, Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Zondra Amanata Putra)

Semangat Menyambut Bulan Suci di Tengah Pandemi

ODI02539

YOGYAKARTA – Bumi yang menjadi tempat tinggal bagi setidaknya 7 miliar manusia, yang menjadi tempat tinggal ribuan tanaman tumbuh dan hewan berkeliaran di alamnya sedang mengalami tahun kesedihan. Mulai dari banjir yang melanda Indonesia, kebakaran hutan hebat di Australia, mencuatnya isu perang dunia ketiga ke publik akibat dari pembunuhan yang dilakukan Amerika terhadap Jenderal besar Iran, hingga kasus virus Covid-19 atau yang lebih dikenal virus Corona yang telah menelan ratusan ribu jiwa di lebih dari 200 negara.

Virus yang bermula dari Wuhan, China ini telah menambah kesedihan penduduk dunia yang tengah dirundung duka. Tak terkecuali negara yang menyandang status sebagai negara seribu pulau, Indonesia. Setidaknya per hari ini Selasa, 21 April 2020 virus Corona telah mejangkit 7.135 jiwa di seluruh Indonesia.

Namun pemerintah telah melakukan berbagai tindakan, salah satunya dengan memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah Indonesia. Seluruh kegiatan warga yang bertempat tinggal di daerah yang telah diberlakukan PSBB akan dibatasi, mulai dari kegiatan belajar mengajar di sekolah ataupun universitas telah menerapkan pembelajaran via daring hingga beberapa perkantoran meminta karyawannya untuk bekerja dari rumah. Dengan begitu diharapkan mata rantai virus Corona dapat diputus.

Di tengah pandemi yang sedang menjangkit dunia, tak lama lagi umat islam di seluruh dunia akan menyambut kedatangan bulan suci Ramadan. Indonesia sebagai negara dengan penganut islam terbesar di dunia juga akan menyambut Ramadan. Pastinya seluruh umat muslim akan berbahagia ketika Ramadan tiba, karena di dalam bulan ini Alquran diturunkan dan menjadi bulan paling baik daripada seribu bulan.

Kegembiraan yang menyelimuti seluruh umat muslim ini akan sedikit terganggu karena adanya pandemi yang tak tau hingga kapan selesainya. Muncul beberapa pertanyaan yang mempertanyakan bagaimana melakukan ibadah ini, ibadah itu?.

Tetapi semangat itu tidak boleh sirna, seperti apa yang dilakukan Anta Syahadillah Pratama seorang mahasiswa diploma Akademi Pariwisata Stipary Yogyakarta. Ia telah mempersiapkan kedatangan bulan suci dengan penuh sukacita, diantaranya dengan memperbanyak ritual beribadah yang dapat dilakukan di rumah.

“Ya walaupun kita tengah menghadapi bencana Corona yang pastinya tidak kita inginkan, namun kita tetap harus semangat dalam beribadah dalam bulan Ramadan. Ambil hikmah yang bisa kita dapatkan dari bencana ini, misalnya ibadah bisa lebih intens dilakukan dan tidak terganggu dengan pekerjaan”, tegas Anta.

Sebelum memasuki bulan Ramadan Anta terlebih dahulu membiasakan untuk memperbanyak ibadah agar tidak kaget ketika sudah Ramada. Seperti melakukan puasa senin-kamis, tadarus Alquran, hingga qiyamul lail atau bangun di sepertiga malam untuk beribadah. “Jadi harus dibiasain dulu biar tidak kaget nantinya, sama aja kayak mau main futsal harus pemanasan dulu biar rileks otot-ototnya”, ujar mahasiswa yang tengah memasuki tingkat akhir ini.

Anta juga menyarankan untuk melakukan segala kegiatan peribadatan untuk dilakukan di rumah saja. Tadarus Alquran, sholat tarawih, iktikaf, dan buka bersama di masjid untuk tidak dilakukan di luar rumah terlebih dahulu mengingat situasi. Karena kegiatan-kegiatan tersebut merupakan yang paling digandrungi untuk dilakukan pada saat bulan Ramadan.

Mungkin dengan dilakukannya ritual-ritual beribadah pada saat Ramadan di rumah akan meningkatkan dan menjaga kualitas puasa umat islam. Dengan begitu ibadah kita tidak akan tertinggal dan terlupakan hanya karena memikirkan urusan duniawi. Maka dari itu kita harus memaknai Ramadan dengan sebaik-baiknya walaupun ditengah bencana yang membuat luka seluruh umat manusia.

“Insya Allah dengan kita sungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan, kita akan mendapatkan kemenangan kita nanti saat Idul Fitri dan kita akan kembali fitrah seperti bayi yang suci. Jangan sampai kita terlena dengan pandemi ini, semoga cepat berakhir agar kita dapat beraktifitas seperti sedia kala dan mungkin jika lebih cepat berakhirnya bisa salat id seperti tahun-tahun sebelumnya, Aamiin”, tutup Anta. (Zondra Amanata Putra)

Ke Luar Negeri, Uang Sendiri!!!

 

whatsapp image 2019-01-04 at 05.30.30

Pergi ke luar negeri adalah impian setiap orang, karena mereka ingin melihat dan merasakan suasana baru yang belum pernah mereka rasakan. Namun biaya yang harus dikeluarkan ketika hendak bepergian ke luar negeri tidaklah sedikit, inilah yang kadang menjadi momok menakutkan bagi segelintir orang yang ingin pergi ke luar negeri.

Ia Bagus Nugroho lelaki kelahiran Jakarta, 31 Juli 1999. Merupakan mahasiswa jurusan Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB). Bagus adalah teman penulis ketika duduk dibangku Sekolah Menengah Atas (SMA) di Bogor.

Bagus menjadi ketua saat ia bersama teman seangkatannya di SMA menjalani program ka luar negeri. Program ini bernama Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Tingkat Akhir (LKMA). LKMA  merupakan rangkaian kegiatan yang dimulai saat di kelas 10 membuat mimpi besar yaitu pergi ke luat negeri.

Program ini mengharuskan mencari dana sendiri untuk merealisasikan mimpi besar itu tanpa biaya dari orang tua. Ini merupakan suata tantangan yang tidak mudah bagi seorang siswa yang masih SMA.

Namun mimpi itupun dapat diwujudkan oleh Bagus beserta angkatannya pergi ke Belanda dan Jerman, setelah sebelumnya berjuang mengumpulkan dana sekitar 1,5 milyar hanya dalam kurun waktu 6 bulan saja oleh 63 orang.

Program ini bukan untuk pelesiran melainkan melatih peserta dalam memimpin dan mengatur apa saja yang akan mereka lakukan sendiri maupun dalam tim.

Ketika Bagus beranjak masuk ke dunia perkuliahan ia menceritakan pengalamannya kepada teman-teman di kampusnya. Bagus juga menceritakan kepada Sahabat Rumah Salman yang dimana ia juga termasuk di dalamnya.

Mendengar cerita Bagus ketua dari Sahabat Rumah Salam berinisiatif untuk mengaplikasikan program tersebut di Rumah Salman, namun dengan teknis yang sedikit berbeda.

Bagus kembali menjadi ketua sekaligus pembina acara Supramasi, karena ini merupakan acara pertama yang diselenggarakan oleh Rumah Sahabat Salman.

Destinasi Supramasi pergi ke Malaysia dan Singapura. Alhamdulillah program inipun berjalan dengan lancar dan akan kembali dilanjutkan untuk angkatan setelah Bagus.

Hypebeast ala Urang Bandung

menjemput-untung-lebaran-dari-baju-bekas-cap-karung-XC4MVMIjU3
Ilustrasi Foto: Arif Julianto/Okezone

Pakaian merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia di muka bumi. Pada awalnya pakaian hanya berfungsi sebagai pelindung tubuh dari panas dan dingin. Namun lama kelamaan fungsi pakaian berubah mengikuti perkembangan zaman, yaitu untuk memberikan sang pengguna kenyamanan ketika melakukan aktifitas dan juga untuk memenuhi gaya atau tren bagi penggunanya.

Di era milenial seperti sekarang tren bepakaian merupakan tolak ukur kepribadian seseorang, karena bungkus lebih menarik ketimbang isi. Tren berpakaian jaman sekarang juga mengenal istilah Hypebeast, yaitu tren berpakaian yang sedang booming untuk terlihat bergaya dan kekinian. Hypebeast juga identik dengan barang-barang super mahal, ini dibuktikan dengan harganya untuk kaos saja sekitar 500 ribu. Contoh-contoh barang Hypebeast seperti Supreme, Bathing Ape, Off White, Louis Vuitton dan masih banyak yang lainnya.

Namun bagi orang Bandung tak perlu pusing untuk berpenampilan Hypebeast tetapi tidak menguras kantong. Pergi saja ke Cimol Gede Bage, disana menyediakan barang-barang branded bekas dengan harga yang miring. Cimol lebih tertuju pada golongan yang tak ingin menghamburkan banyak uang dalam berpakaian tetapi ingin berpenampilan kekinian. Dengan bermodalkan 50 ribu, kita sudah bisa membeli satu setel pakaian branded jaman sekarang. Tetapi kita harus pintar-pintar untuk memilah dan memilih barang yang akan kita beli dengan teliti agar tidak menyesal nantinya, maklum Namanya saja barang bekas.

Jadi, bagi para pembaca yang ingin berpakaian stylish namun tak ingin kantong kering dapat mengunjungi Cimol Gede Bage.

Pengrajin Langseng (Dandang Untuk Menanak Nasi)

This slideshow requires JavaScript.

Kalian tau langseng? Ya, langseng adalah bahasa sunda dari dandang atau peralatan dapur untuk membantu menanak nasi. Asep pengrajin yang ada di Jalan Paledang, Cileunyi Kulon, Kabupaten Bandung merupakan satu dari dua puluh pengrajin yang masih bertahan hingga saat ini.

Memulai usaha pada tahun 1990, banyak hambatan yang dilalui olenya. Mulai dari persaingan antar pengrajin hingga bahan tembaga yang semakin lama semakin naik. Para pengrajin mengakali bahan dasar yang tadinya berupa tembaga beralih ke seng alumunium, agar harga produksi dan harga jual masih terjangkau. Asep mematok harga mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 90 ribu tergantung ukuran langseng, ukurannya dari 1, 2, 4, 5, 7, 8, hingga 15 liter.

Cara pembuatan langseng terbilang cukup sederhana. Pertama membuat pola lingkaran untuk dasar langseng, pola tutup, dan pola persegi Panjang untuk badan langseng diatas lempengan seng alumunium. Kedua memotong lempengan seng alumunium mengikuti pola yang sudah ada. Ketiga melipat dan menyatukan lempengan yang sudah dipotong mengikuti bentuk langseng yang diinginkan. Lalu menggulung lempengan menggunakan batang pohon agar menjadi langseng yang utuh. Terakhir atau finishing menyatukan bagian-bagian langseng seperti puzzle dengan mengetuknya dengan palu agar kuat.

Dalam sehari Asep bersama rekan-rekannya dapat menyelesaikan hingga 100 langseng. Langseng yang berasal dari Cileunyi ini sudah tembus pasar nasional, mulai dari Aceh, Lampung, Sulawesi, Kalimantan, hingga Papua.

“Biarpun sudah ada rice cooker tapi langseng masih jadi idola” saut Abun (rekan Asep).

Pantang Pulang Sebelum Padam

This slideshow requires JavaScript.

Pasar Gede Bage Bandung Terbakar – Petugas dinas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api yang membakar 120 kios yang berada di Pasar Induk Gede Bage, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Senin (3/9/2018). Dugaan sementara kebakaran ini disebabkan oleh kompor yang meledak di kios pemotongan ayam di Pasar Gede Bage.